Banda Aceh,gajahputihnews.com – Polemik politik kembali mengemuka di Aceh. Ketua Pembela Tanah Air (PeTA), Teuku Sukandi, mendesak agar Ketua Umum Partai Aceh (PA) Muzakir Manaf atau Mualem segera mencopot Zulfadhli dari kursi Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA). Desakan itu merujuk pada pernyataan Zulfadhli di hadapan mahasiswa yang sedang menggelar aksi di halaman Gedung DPRA.
Namun, desakan tersebut mendapat bantahan keras dari Tgk.Subki Muhammad Bintang Ketum Peumulia Bangsa Atjeh Provinsi Aceh, Ia menilai tuduhan yang diarahkan kepada Zulfadhli tidak hanya tidak berdasar, tetapi juga berpotensi menyesatkan opini publik.
“Kita fahami betul apa yang dibicarakan oleh Ketua DPRA di hadapan mahasiswa. Beliau hanya menerima butir-butir aspirasi yang disampaikan mahasiswa, lalu menyuarakan kembali sebagai bentuk tanggung jawab moral. Saya tidak mendengar ada satu pun kata yang mengarah pada makar,” ujar Tgk Subki dengan tegas.
Menurutnya, seorang pimpinan dewan tidak bisa menutup mata ketika rakyat, terutama mahasiswa, datang membawa aspirasi. Justru menjadi kewajiban moral dan politik bagi seorang ketua dewan untuk mendengarkan, menampung, dan menyampaikan suara rakyat.
Demokrasi Jangan Dipersempit
Tgk.Subki mengingatkan, jangan sampai setiap kalimat seorang pemimpin dipelintir menjadi tuduhan makar. Bila itu terjadi, maka demokrasi Aceh akan kian tercekik dan ruang kebebasan rakyat semakin menyempit.
“Apakah kita lupa, betapa mahalnya harga yang sudah dibayar rakyat Aceh untuk sebuah demokrasi? Kita pernah berkorban darah, air mata, dan nyawa. Jangan lagi kita buat demokrasi ini menjadi ruang yang penuh kecurigaan. Jangan sedikit-sedikit ada yang berbeda suara, langsung dilabeli makar,” ucapnya penuh keprihatinan.
Isu yang Bisa Melukai Hati Rakyat
Ia menambahkan, desakan pencopotan Zulfadhli yang dibungkus dengan isu makar justru akan melukai hati rakyat Aceh. Sebab, rakyat memahami bahwa mahasiswa turun ke jalan bukan untuk makar, melainkan untuk memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Begitu pula Ketua DPRA, hanya menjalankan fungsinya sebagai jembatan antara rakyat dengan parlemen.
“Bangsa ini sudah terlalu sering terluka oleh konflik dan perpecahan. Jangan lagi kita biarkan kesalahpahaman kata-kata menjadi bara yang membakar persatuan. Mari kita rawat Aceh ini dengan kejujuran, bukan dengan fitnah. Dengan kebersamaan, bukan dengan tuduhan yang menyesatkan,” ungkap Tgk Subki.
Ajakan Menyejukkan
Mengakhiri pernyataannya, Tgk.Subki menyerukan agar semua pihak lebih dewasa dalam menyikapi dinamika politik. Menurutnya, Aceh tidak butuh lagi pertengkaran yang sia-sia, melainkan pemimpin dan tokoh masyarakat yang bijak dalam meredam kegaduhan.
“Jika kita masih terus saling menjatuhkan, maka siapa yang akan membangun Aceh? Mari kita hentikan polemik yang tidak perlu ini. Kita rangkul mahasiswa sebagai mitra perjuangan, kita doakan para pemimpin agar istiqamah, dan kita jaga perdamaian agar tidak ternodai,” pungkasnya penuh harap. (TSA)
Editor/admin : @mpon_Bl@ng
Social Header