![]() |
Mereka ber-migrasi bukan ingin lari dari kampung halamannya, tetapi ingin terus bertahan hidup untuk generasi dan kehidupan. Media: Gajahputihnews.com Kamis, 18 Desember 2025 Editor: Junaidi Ulka |
Terisolasi Banjir Bandang, Warga Kampung Umang Aceh Tengah Terpaksa Mengungsi Jalan Kaki Menembus Hutan
Aceh Tengah | GPN NEWS — Luput dari sorotan publik, gelombang “migrasi” warga akibat bencana alam ternyata tidak hanya terjadi di jalur utama Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Utara.
Di kawasan pegunungan yang jauh dari pusat perhatian, tepatnya di Kampung Umang, Kecamatan Linge, Kabupaten Aceh Tengah, warga terpaksa meninggalkan kampung halaman mereka demi mempertahankan hidup.
Musibah banjir bandang yang melanda wilayah tersebut telah meluluh-lantakkan permukiman sekaligus memutus total akses transportasi menuju Kampung Umang. Tidak ada lagi jalan yang dapat dilalui kendaraan, sehingga seluruh akses keluar-masuk kampung terhenti sepenuhnya.
Kondisi ini berdampak serius terhadap pasokan logistik. Bahan pangan tidak lagi bisa menjangkau warga, sementara bantuan belum dapat dipastikan kapan tiba. Dalam situasi yang semakin genting, ancaman kelaparan menjadi momok yang tak terhindarkan.
“Kalau kami tetap tinggal, kelaparan hanya tinggal menunggu waktu. Tidak ada makanan yang bisa masuk ke kampung,” ujar Hidayat, salah seorang warga Kampung Umang, saat ditemui setelah berhasil keluar dari kawasan terisolasi.
Di tengah keterdesakan, warga akhirnya mengambil keputusan paling berat: meninggalkan kampung halaman mereka. Dengan berjalan kaki, mereka menempuh jarak yang sulit dibayangkan, menembus belantara hutan dan medan pegunungan yang berat demi mencari pertolongan dan secercah harapan.
Keputusan tersebut bukan tanpa risiko. Namun, menunggu bantuan di tengah keterisolasian juga bukan jaminan keselamatan. Hingga hari-hari kritis itu, belum ada kepastian bahwa bantuan dapat menjangkau wilayah mereka.
Situasi semakin diperparah dengan padamnya aliran listrik dan terputusnya jaringan komunikasi. Kampung Umang benar-benar terisolasi, tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara informasi.
“Kami seperti hilang dari peta. Tidak ada sinyal, tidak ada listrik, tidak ada kabar. Dunia luar tidak tahu apa yang kami alami,” tambah Hidayat.
Kisah warga Kampung Umang menjadi potret nyata dampak bencana alam yang jauh lebih parah dari sekadar angka dan laporan singkat. Di balik data resmi, tersimpan perjuangan sunyi warga pedalaman yang bertaruh nyawa demi tetap bertahan hidup. Waallahu a’lam.

Social Header
Kontributor