Breaking News

Aksi Suara Gerakan Rakyat Aceh Desak Pemerintah Tetapkan Aceh dan Sumatra sebagai Bencana Nasional

Aksi Suara gerakan rakyat di depan menara Mesjid Raya Baiturrahman bersama Ketua aksi Tgk. Wahid Al-Asyie dan korlap Tgk. Riki N’ Wang (Foto: Dok. GPN NEWS)

REDAKSI: GAJAHPUTIHNEWS.COM
JUM'AT, 26 Desember 2025 
Liputan: Junaidi Ulka 

Aksi Suara Gerakan Rakyat Aceh Desak Pemerintah Tetapkan Aceh dan Sumatra sebagai Bencana Nasional Atau Referendum 

BANDA ACEH – Sejumlah massa yang tergabung dalam Suara Gerakan Rakyat menggelar aksi unjuk rasa di halaman Menara Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Jumat (26/12/2025) siang. 

Aksi yang dimulai sekitar pukul 15.15 WIB tersebut menuntut pemerintah pusat segera menetapkan Aceh dan wilayah Sumatra yang terdampak banjir dan longsor sebagai daerah bencana nasional.

Aksi ini dipimpin oleh Tgk. Wahid Al-Asyie selaku koordinator aksi, dengan Tgk. Riski Nyak Wang sebagai koordinator lapangan. Dalam orasinya, para orator menilai penanganan bencana di Aceh membutuhkan perhatian dan langkah cepat dari pemerintah pusat, mengingat dampak yang dirasakan masyarakat cukup luas.

Salah satu orator, Cut Linda, yang dikenal sebagai aktivis 98, menyampaikan refleksi sejarah Aceh, khususnya peristiwa konflik berkepanjangan yang berakhir dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) Helsinki pascatsunami 26 Desember 2004. 

Ia menyebutkan bahwa momentum tanggal 26 Desember kembali menjadi pengingat bagi rakyat Aceh, namun kali ini dalam konteks bencana banjir dan tanah longsor.

Menurutnya, bencana yang terjadi saat ini tidak hanya disebabkan oleh faktor alam, tetapi juga dipengaruhi oleh aktivitas manusia yang kurang memperhatikan lingkungan. Ia meminta pemerintah pusat, khususnya Presiden Republik Indonesia, untuk segera menetapkan Aceh dan Sumatra sebagai daerah darurat bencana nasional guna mempercepat penanganan dan pemulihan bagi masyarakat terdampak. 

Apabila pemerintah tidak mendengarkan tuntutan rakyat untuk menetapkan bencana Aceh dan Sumatra sebagai Bencana Nasional, kita tidak akan berhenti menyuarakan ini dan dengan tuntutan lebih keras lagi referendum atau merdeka, tutur Cut Linda.

Sementara itu, Tgk. Wahid Al-Asyie dalam orasinya menegaskan agar pemerintah tidak mengabaikan Aceh dan tidak mengulang kembali sejarah kelam di masa lalu. Ia juga menyinggung pentingnya penghormatan terhadap kekhususan Aceh sebagai daerah yang menerapkan syariat Islam sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Aksi tersebut berlangsung dengan pengamanan aparat kepolisian. Massa yang hadir tampak memenuhi area depan Masjid Raya Baiturrahman dan beberapa kali meneriakkan takbir sebagai bentuk solidaritas dan seruan moral dalam aksi tersebut.

© Copyright 2022 - GAJAH PUTIH NEWS.COM