"10 thoun yang ka ulikoet, Jino Mesjid Raya Baiturrahman yang terletak di jantung Kota Banda Aceh Kembali ke Ulama Dayah” Abu Paya Pasi yang juga merupakan ketua MUNA Provinsi Aceh, Resmi Dikukuhkan Jadi Imam Besar
Gajahputihnews.com
“Dengan mengucap syukur kepada Allah, pada hari ini, Rabu 13 Agustus, saya selaku Gubernur Aceh mengukuhkan Tgk. H. Muhammad Ali sebagai Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman Aceh Tahun 2025,” ujar Mualem dalam sambutannya.
Figur Ulama Pemersatu
Mualem menyebut penunjukan Abu Paya Pasi didasarkan pada kharismanya sebagai ulama yang mampu mempersatukan berbagai kalangan. Ia berharap, di bawah kepemimpinan Abu Paya Pasi, Masjid Raya akan semakin makmur sebagai pusat syiar Islam dan perekat persatuan umat.
“Kebersamaan dan persatuan semua ulama, itu harapan saya,” tambahnya kepada wartawan.
Akhir Era Azman Ismail, Awal Babak Baru
Pengukuhan ini menandai berakhirnya masa kepemimpinan Prof. Azman Ismail, Guru Besar UIN Ar-Raniry, yang telah memimpin Masjid Raya selama 22 tahun. Selama kepemimpinannya, Prof. Azman dikenal sebagai figur moderat yang membawa pendekatan profesional dalam tata kelola masjid.
Namun, tak semua berjalan mulus. Pada 19 Juni 2015, Masjid Raya sempat dilanda konflik terkait praktik ibadah Jumat. Kelompok ulama tradisional menuntut pengembalian azan Jumat dua kali dan penggunaan tongkat oleh khatib, sesuai mazhab Syafi’i.
Ketegangan tersebut akhirnya diselesaikan melalui Muzakarah MPU Aceh pada Oktober 2015, yang menghasilkan kesepakatan: azan dikumandangkan dua kali dan penggunaan tongkat oleh khatib dinyatakan sebagai sunnah.
Kembali ke Akar Tradisi
Penunjukan Abu Paya Pasi menandai "kembalinya" Mesjid Raya Baiturrahman kepada ulama dayah, istilah untuk ulama tradisional Aceh yang tumbuh dan berkhidmat di lingkungan pesantren. Ia merupakan pendiri Dayah Bustanul Huda di Aceh Timur, serta pernah menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Nanggroe Aceh (MUNA) dan penasihat Partai Aceh.
"Kiprah Abu Paya Pasi merepresentasikan jalur keilmuan yang mengakar kuat dalam tradisi keislaman Aceh sejak masa Kesultanan Iskandar Muda.”
Dalam seremoni pengukuhan, sejumlah ulama besar Aceh turut hadir memberikan restu melalui prosesi peusijuek, sebuah tradisi khas Aceh yang menandakan doa dan keberkahan. Di antara yang hadir adalah Abu Abon Arongan, Abu Mudi, Abi Lampisang, Abi Hasballah Keutapang, Tu Nagan, dan Waled Nu.
Simbol Pilihan Arah Baru
Bagi banyak kalangan, pergantian Imam Besar ini bukan sekadar seremoni rutin, tetapi simbol arah baru. Seperti disampaikan Tgk. Bulqaini Tanjongan saat konflik mimbar Jum'at sepuluh tahun lalu, harapan besar masyarakat Aceh adalah kembali pada praktik ibadah yang selaras dengan Ahlussunnah wal Jama'ah.
Kini, dengan ditunjuknya Abu Paya Pasi, amanah besar itu berada di pundaknya: tak hanya sebagai pemimpin shalat dan khutbah, tetapi juga sebagai penjaga tradisi, pengayom umat, dan penerus warisan ulama Aceh. Tetapi pastinya Abu tidak sendiri...
Masjid Raya Baiturrahman bukan sekadar bangunan bersejarah, tetapi jantung spiritual masyarakat Aceh. Dan hari ini, sejarah mencatat bahwa Aceh memilih kembali ke akarnya. (jnd.uk)
Social Header