News: Lounching Kopdes Merah Putih
Ekonomi Tanpa Nurani: Saat Petani Menangis, Pedagang Tertawa
Prabowo menyoroti ironi pahit: petani menjual gabah dengan harga murah, namun konsumen harus membeli beras dengan harga tinggi. Perbedaan ini bukan sekadar angka; itu adalah luka struktural yang disebut Prabowo sebagai hasil dari praktik "ekonomi vampir” di mana segelintir pedagang besar dan spekulan menghisap darah petani demi keuntungan pribadi.
Menurutnya, praktik semacam ini bisa merugikan negara hingga Rp 100 triliun per tahun cukup untuk membangun 100 ribu sekolah. Dalam sistem ini, prinsip keadilan ekonomi tak lagi berarti. Tak ada mazhab ekonomi baik kapitalisme klasik maupun sosialisme yang membenarkan dominasi kartel dan eksploitasi predator semacam ini. Maka dari itu, Serakahnomics adalah ekonomi yang kehilangan hati nurani tanpa Tuhan, tanpa bangsa, tanpa rasa kemanusiaan.
Kembali ke Konstitusi: Serakahnomics Adalah Pengkhianatan Pasal 33
Prabowo dengan tegas mengaitkan perjuangannya melawan Serakahnomics pada Pasal 33 UUD 1945, khususnya ayat (1) dan (2), yang menekankan ekonomi gotong-royong dan kontrol negara atas sumber daya strategis. Dalam pandangannya, pasar yang dikuasai kartel pangan adalah bentuk nyata pengkhianatan terhadap konstitusi.
Negara, kata Prabowo, tak boleh netral. Ia harus berpihak: hadir sebagai pelindung rakyat kecil, bukan pelayan bagi elit pasar. Tugas ini tak cukup dibebankan pada masyarakat sipil atau hukum pasar; negara harus bertindak aktif, tegas, dan berpihak.
Koperasi Merah Putih: Senjata Rakyat dalam Revolusi Ekonomi
Untuk melawan dominasi pasar yang timpang, Prabowo meluncurkan Koperasi Merah Putih, dengan target membentuk 80.000 koperasi desa di seluruh Indonesia. Koperasi ini bukan sekadar lembaga keuangan mikro, tapi alat strategis untuk merebut kembali kontrol rakyat atas produksi dan distribusi pangan.
Selama ini, koperasi kerap menjadi proyek formalitas birokrasi. Namun kini, koperasi diberi jiwa perjuangan baru—menjadi benteng rakyat dalam menghadapi serangan dari elit ekonomi. Dalam logika Prabowo, koperasi bukan hanya jalan keluar, tapi fondasi ekonomi nasional yang merdeka, berdikari, dan adil.
Tantangan Serius dan Jalan Panjang
Meski semangat besar digaungkan, jalan ke depan tidak mudah. Model Serakahnomics telah tertanam dalam sistem ekonomi sejak masa liberalisasi pasca-Orde Baru. Kartel pangan, rantai distribusi yang panjang, dan lemahnya regulasi adalah hambatan nyata.
Jika ingin revolusi ini berhasil, Prabowo harus berani: mencabut izin korporasi nakal, mereformasi Bulog dan Bapanas, hingga mengerahkan kekuatan negara untuk mengawasi distribusi pangan secara langsung sebagaimana pernah dilakukan saat krisis 1998.
Selain itu, pendidikan ekonomi kerakyatan dan literasi pangan harus ditanamkan sejak dini. Generasi muda harus diajarkan bahwa ekonomi bukan hanya soal untung, tapi soal keadilan. Koperasi digital, logistik desa, dan teknologi pertanian harus menjadi bagian dari cetak biru pembangunan menuju Indonesia Emas 2045.
Revolusi Dimulai dari Desa
Serakahnomics adalah potret buram dari sistem ekonomi kita saat ini. Tapi dari desa seperti Bentangan, revolusi senyap itu dimulai. Tanpa senjata, tanpa kekerasan—hanya dengan koperasi, hukum, dan semangat keadilan.
Ekonomi Indonesia tak boleh lagi hanya berbicara soal pertumbuhan, tetapi tentang siapa yang menikmati pertumbuhan itu. Apakah hanya elit dan pedagang besar ? Atau seluruh rakyat Indonesia dari petani hingga nelayan, pasar tradisional hingga pelosok desa?
Kebangkitan koperasi adalah awal dari kebangkitan martabat bangsa. Saatnya ekonomi tak lagi ditentukan oleh siapa yang paling kuat, tapi oleh siapa yang paling adil.
“Serakahnomics harus kita kubur dalam-dalam. Yang hidup, hanya ekonomi rakyat!”
Oleh:Junaidi Yusuf
Social Header