Oleh : Teuku Saifuddin Alba
Di tengah hiruk-pikuk pembangunan dan deretan janji-janji politik yang kadang tinggal suara, ada satu sosok yang kerap luput dari sorotan kamera, Relawan Pekerja Sosial Masyarakat (PSM). Mereka bukan pejabat, bukan pula pemilik modal. Namun, di balik kesederhanaannya, mereka hadir sebagai garda terdepan dalam mengurai benang kusut persoalan sosial di tengah Masyarakat bawah.
PSM bukanlah profesi yang menjanjikan upah besar. Bahkan, sering kali mereka bergerak dengan kantong sendiri. Namun semangat kemanusiaan dan kepedulian terhadap sesama menjadi bensin utama mereka. Dari membantu lansia yang terlantar, mengurus data warga miskin agar bisa mendapatkan bantuan sosial, hingga mendampingi anak putus sekolah kembali ke bangku pendidikan—semuanya dilakukan dengan penuh keikhlasan.
Sosok relawan PSM adalah cerminan dari gotong royong yang hidup. Di saat banyak orang sibuk memperkaya diri sendiri, relawan PSM justru hadir untuk memperkuat sendi-sendi kehidupan orang lain. Mereka tidak menunggu perintah, tidak pula berharap sorotan media. Mereka bergerak karena hati mereka terusik melihat tetangga kelaparan, rumah roboh yang tak kunjung diperbaiki, atau anak-anak yang kehilangan arah akibat himpitan ekonomi.
Tentu, tugas mulia ini tidak selalu mudah. Relawan PSM kerap menghadapi keterbatasan fasilitas, ketidakpedulian birokrasi, bahkan pandangan sinis dari sebagian masyarakat. Namun mereka tetap bertahan. Karena mereka tahu, jika bukan mereka, siapa lagi?
Sudah saatnya negara dan masyarakat memberikan perhatian lebih kepada keberadaan PSM. Mereka layak mendapatkan dukungan, pelatihan, dan akses kebijakan yang memudahkan kerja-kerja sosial mereka. Pemerintah daerah perlu membuka ruang lebih luas agar suara mereka masuk dalam perencanaan pembangunan. Karena siapa lagi yang paling tahu persoalan rakyat kecil, kalau bukan mereka yang hidup dan bekerja langsung di tengah-tengahnya?
Dalam dunia yang semakin individualistis, relawan PSM adalah api kecil yang terus menyala. Mereka bukan sekadar relawan. Mereka adalah penegak harapan. Mereka adalah bukti bahwa kemanusiaan belum sepenuhnya mati di negeri ini.
Editor/admin :@mpon_bl@ng
Social Header