Breaking News

π‘Ίπ’†π’“π’‚π’Žπ’ƒπ’Š π‘΄π’†π’Œπ’Œπ’‚π’‰, 𝑲𝒐𝒆𝒕𝒂𝒓𝒂𝒅𝒋𝒂 𝑩𝒂𝒏𝒅𝒂 𝑨𝒄𝒆𝒉 𝑨𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 π‘°π’ƒπ’–π’Œπ’π’•π’‚ π‘·π’“π’π’—π’Šπ’π’”π’Š, π‘―π’–π’Œπ’–π’Ž 𝒅𝒂𝒏 𝑻𝒖𝒕𝒖𝒑 π‘Ήπ’–π’‚π’π’ˆ π‘©π’‚π’ˆπ’Š π‘·π’†π’π’‚π’π’ˆπ’ˆπ’‚π’“π’‚π’ π‘Ίπ’šπ’‚π’“π’Šπ’‚π’•

Rubrik Artikel 

Foto Dok. Pribadi | Ketua Laskar Aswaja Aceh Junaidi Yusuf, juga merupakan jurnalis pada media online Gajahputihnews.com

Redaksi
Rabu, 16 April 2025

GAJAHPUTIHNEWS.COM

"Banda Aceh bukan sekadar ibukota provinsi, ia adalah wajah yang merepresentasikan identitas Aceh di mata  dunia”

Tampang wajah mereka tidak mirip preman, wajah mereka tidak bengis, wajah mereka bukan tukang begal, memang mereka tidak ganteng-ganteng dan mereka juga bukan para ahli bid'ah. Tetapi ketika agama dihina, islam dicaci, ulama dimaki, ajaran Ahlussunnah disesatkan serta kemungkaran merajalela, mereka berikrar lebih baik kepala jadi kaki dan kaki menjadi kepala siap mati membela hukum dan syariat Allah di bumi syari'at IsIam ini, Tanoh Aceh keneubah Tanoh aulia [Dok.Ist - Foto Bersama Dewan Pembina Laskar Aswaja Aceh "Tgk. H. Umar Rafsanjani, Lc. MA dan kawan-kawan Laskar Aswaja
serta para alumni dayah]

BANDA ACEH || Kota Banda Aceh bukan kota biasa. Koetaradja Banda Aceh adalah sebuah simbol peradaban islam dari ratusan tahun masa lalu. Sebuah wajah dan indentitas masa lampau dan kebanggaan bagi masyarakatnya. 

"Sebagai ibukota serambi mekkah, Kota Banda Aceh menyimpan berbagai warisan dari leluhurnya dan nilai-nilai Islam yang seharusnya menjadi benteng kokoh dalam menghadapi kemajuan zaman.”

Sebaliknya, apa yang kita saksikan hari ini justru terbalik dengan harapan itu. Degradasi moral, etika, sopan santun pada rutinitas sosial sehari-hari sangat jauh berbeda dengan indentitas masyarakat pada tempoe dahulunya. 

Keterbukaan zaman, terlindas dengan konsumsi informasi yang kebla-blasan, penggunaan media sosial tanpa batas, mencontoh prilaku kebarat baratan, dan pada saat ini banyak disalah gunakan.

Fenomena tanpa rasa malu, pelanggaran syariat, perbuatan maksiat semakin berani mereka tampakkan di ruang-ruang publik. Dengan bangganya dan secara vulgar mereka pertontonkan dikhalayak ramai. "Na'uzubillahiminzalik”

"Para pelaku pelanggaran syariat ini tidak takut lagi dengan pelanggaran  norma-norma adat istiadat, hukum dan syariat islam". 

Bahkan seolah-olah mengajak, serta menantang orang-orang yang menasehatnya bahkan melawan tatanan yang telah lama menjadi pijakan masyarakat kita yang nota bane masyarakat Aceh sangat kental dengan kesopan santunannya, religi dan kepatuhan sebagai adab keseharian. 

Penulis sudah lama melihat kondisi ini dalam konteks perjalanannya. Kini satu per-satu kasus bermunculan, mulai dari penginapan yang jadi lokasi perbuatan asusila,  kos-kosan yang dijadikan tempat transit, hingga praktik ‘jual diri’ yang mulai terang -terangan dipertontonkan di kafe-kafe dikota Banda Aceh lengkap dengan sapaan dan bahasa minor yang tak senonoh  yang menggoda. "Astagfirullahalazim”

Dalam kondisi seperti saat ini, langkah-langkah preventif yang dilakukan oleh Walikota Banda Aceh Illiza Sa'aduddin Djamal, SE patut warga kota mendukungnya serta mengapresiasi langkah cepat tersebut  yang melakukan razia pada tempat-tempat yang disinyalir membuka ruang pelanggaran syariat islam, pada Senin malam lalu.

 

"Dibalik fenomena ini, pekerjaan rumah kita belum selesai. Razia hanyalah bagian kecil dari solusi" 

Kita semua, penyelenggara pemerintahan Kabupaten/kota hingga aparatur gampong dan masyarakatnya harus melakukan gerakan bersama: pemerintah yang tegas, aparat yang sigap, ulama yang aktif membimbing, orang tua yang tidak lengah, dan masyarakat yang peka dan peduli terhadap lingkungannya. 

"Koetaradja ini bukan hanya sekadar sebuah ibukota provinsi, tetapi  wajah yang merepresentasikan identitas Aceh di hadapan dunia global"

Jika indentitas dan wajah kota tua ini terus dibiarkan tercoreng oleh noda-noda pelanggaran syariat, bukan hanya nama baik kota yang hancur, tapi juga harga diri umat dan peradaban islam itu sendiri yang terkikis. 

Penulis mengajak serta menghimbau kepada para pelaku maksiat, dari lubuk hati yang dalam ingin saya sampaikan:

"Heee kalian, jangan kotori tanah mulia ini...! Kami tidak akan biarkan perbuatan maksiat kalian yang mengundang murka Allah SWT dibumi serambi Mekkah” 

Negeri Aceh ini adalah tanah aulia, negeri yang dicintai oleh para ulama dan penduduknya. 

”Kami tidak akan membiarkan tanah Aceh kalian jadikan tempat untuk perbuatan maksiat, kemungkaran, tanah ini tidak layak dinistakan oleh ulah perbuatan maksiat kalian, serta dari tangan-tangan kotor kalian”.

Penulis juga mengajak kita semua untuk saling peduli keadaan saat ini, karena  tanggungjawab kitaa bersama. Maka Pemerintah/Umara, Ulama dan masyarakat dan kita semuanya untuk bertindak, mencegah agar ini semua tidak  terlambat. 

Ketika Allah SWT murka saat itu pula azab nya turun. Saat azab Allah turun, bukan mereka saja sipelaku maksiat  yang akan menanggung akibatnya, tapi seluruh kita, umat, masyarakat dan sekitarnya yang akan merasakan dampaknya.

"Bumi Aceh serambi Mekkah ini wajjb dijaga, peradaban kota tua Banda Aceh ini harus kita awasi bersama  demi menjaga marwah, kehormatan untuk generasi mendatang anak cucu kita”.

Semoga dengan niat kita bersama menjaga agama Allah, hukum Allah dan syari'at Allah kedepannya keridhaan nya akan datang, dan kemakmuran negeri tersebut akan turun dari berbagai penjuru. 

"Jangan biarkan maksiat merajalela. Lawan, tertibkan, dan sadarkan mereka selagi pintu tobat masih terbuka”

Penulis: Junaidi Yusuf

© Copyright 2022 - GAJAH PUTIH NEWS.COM