Oleh: Teuku Saifuddin Alba
Idul Fitri 1446 H kembali menyapa umat Islam di seluruh dunia. Setelah sebulan penuh berpuasa, kini saatnya kita merayakan kemenangan dengan hati yang bersih dan jiwa yang kembali fitrah. Namun, di tengah gegap gempita perayaan, penting bagi kita untuk merenungkan esensi Idul Fitri yang sejati: kesederhanaan, kebersamaan, dan kepedulian terhadap sesama.
Lebaran bukan sekadar tentang pakaian baru, hidangan lezat, atau pesta pora. Lebaran adalah momen untuk mempererat silaturahmi, saling memaafkan, serta berbagi kebahagiaan dengan mereka yang kurang beruntung. Di berbagai pelosok negeri, masih banyak saudara kita yang merayakan Idul Fitri dalam keterbatasan. Maka, sebaiknya kita tidak larut dalam budaya konsumtif yang kerap mengikis makna kesucian hari raya ini.
Selain itu, Idul Fitri juga harus menjadi momentum introspeksi diri. Apakah setelah Ramadan kita menjadi pribadi yang lebih baik? Apakah kita semakin dekat dengan Allah dan lebih peduli terhadap sesama? Jika Ramadan adalah madrasah ruhani, maka Idul Fitri adalah ujian pertama setelahnya. Mampukah kita mempertahankan nilai-nilai kebaikan yang telah kita latih selama sebulan penuh?
Tak kalah penting, di era digital seperti sekarang, Idul Fitri juga seharusnya menjadi ajang silaturahmi yang lebih bermakna. Jangan hanya sibuk dengan ponsel saat berkumpul dengan keluarga. Hadir secara fisik saja tidak cukup, kita juga harus hadir dengan hati dan perhatian penuh.
Idul Fitri bukan sekadar perayaan, tetapi sebuah panggilan untuk kembali kepada kesucian, memperbaiki hubungan dengan sesama, dan terus menebar kebaikan. Mari rayakan hari kemenangan ini dengan sederhana, penuh makna, dan tanpa melupakan saudara-saudara kita yang membutuhkan uluran tangan.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 H. Mohon maaf lahir dan batin!
Editor/Admin :@mpon_bl@ng
Social Header