Breaking News

Soroti Polemik Atribut, IMAM: Jangan Politisasi Bantuan Kemanusiaan di Aceh


Media GPN NEWS 
Jum'at, 19 Desember 2025 
Press release: Tgk.Muslim At-Thahiry 
Ketua Ikatan Muslimin Aceh Meudaulat
Press release: 

Soroti Polemik Atribut, IMAM: Jangan Politisasi Bantuan Kemanusiaan di Aceh

“IMAM Ajak Bangsa Aceh Bersatu Tangani Dampak Banjir, Kesampingkan Debat Atribut”

ACEH – Ketua Ikatan Muslimin Aceh Meudaulat (IMAM) Tgk. Muslim At-Thahiry meminta semua pihak untuk menghentikan polemik terkait pengibaran bendera Bintang Bulan dalam aksi kemanusiaan baru-baru ini.

Ia menegaskan bahwa fokus utama saat ini seharusnya tertuju pada pemulihan warga terdampak banjir, bukan pada perdebatan atribut.

Mempertanyakan Dasar Larangan

Dalam pernyataannya, Ketua IMAM mempertanyakan landasan hukum yang memicu keributan tersebut. Menurutnya, jika merujuk pada kesepakatan damai MoU Helsinki dan Undang-Undang Pemerintahan Aceh (UU PA), tidak ada aturan yang dilanggar secara eksplisit.

“Kami mempertanyakan, apakah pengibaran bendera Bintang Bulan itu melanggar MoU Helsinki atau UU-PA? Kalau tidak dilarang, kenapa harus diributkan ?” ujarnya.

Atribut sebagai Bentuk Transparansi

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa penggunaan atribut organisasi dalam penyaluran bantuan adalah hal yang wajar. Hal tersebut berfungsi sebagai dokumentasi dan bentuk pertanggungjawaban kepada donatur agar bantuan dipastikan tepat sasaran.

“Semua Ormas berhak membawa atribut. Itu bukti bagi donatur bahwa amanah mereka telah disalurkan. Jadi, soal bendera jangan dibesar-besarkan,” tegasnya.

Darurat Dampak Banjir

IMAM mengingatkan bahwa kondisi di lapangan pasca-banjir sangat memprihatinkan. Ribuan warga kehilangan harta benda, ternak, hingga lahan pertanian. Mengingat belum adanya status bencana nasional, beban pemulihan kini berada di pundak masyarakat lokal.

Pihak IMAM membagi skala pemulihan menjadi tiga tahap:

Jangka Pendek:
Pemenuhan logistik mendasar bagi ribuan pengungsi.

Jangka Menengah:
Penanggulangan infrastruktur yang butuh waktu bertahun-tahun.

Jangka Panjang:
Pemulihan ekonomi rakyat yang diprediksi memakan waktu puluhan tahun.

Menutup pernyataannya, Ketua IMAM mengajak seluruh elemen masyarakat Aceh untuk mengedepankan prinsip sapu kheun, sapu pakat, sang senasab me-adoe a (satu kata, satu mufakat, bagai saudara kandung).

“Jangan ada yang memperkeruh suasana. Fokus kita adalah meringankan beban korban, bukan meributkan atribut,” pungkasnya.

© Copyright 2022 - GAJAH PUTIH NEWS.COM