Breaking News

Banjir dan Longsor di Sumatera: Antara Ujian Ilahi dan Kerusakan Ulah Manusia

Ilustrasi Gambar: Pembalakan yang terorganisir 

Banjir dan Longsor di Sumatera: Antara Ujian Ilahi dan Kerusakan Ulah Manusia

Redaksi Media GPN NEWS 
Oleh: Junaidi Yusuf, 

“Fenomena bencana banjir, longsor, dan lumpur bandang yang melanda Pulau Sumatera khususnya Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat bukan sekadar peristiwa alam biasa. Musibah ini patut dimaknai sebagai ujian dari Allah SWT bagi manusia, sekaligus peringatan keras atas kerusakan lingkungan yang terjadi akibat ulah tangan-tangan jahil manusia.”

Dalam perspektif keimanan, setiap musibah adalah bentuk teguran dan ujian untuk menguji kesabaran, keimanan, serta kepedulian manusia terhadap sesama dan alam semesta. Namun, di balik itu semua, tidak dapat dipungkiri bahwa bencana yang berulang ini juga merupakan konsekuensi dari eksploitasi alam yang berlebihan dan tidak berkelanjutan.

Hutan, yang sejatinya berfungsi sebagai paru-paru dunia dan penyerap air alami, kini semakin kehilangan perannya. Alih fungsi lahan secara masif, pembalakan liar, pertambangan tanpa reklamasi yang layak, serta pembukaan perkebunan skala besar telah menyebabkan kawasan hutan menjadi tandus dan kritis. 

Ketika hujan deras turun, air tidak lagi terserap oleh tanah, melainkan langsung mengalir deras ke pemukiman warga, memicu banjir dan longsor yang merenggut harta benda bahkan nyawa manusia.

Banjir, longsor, dan lumpur bandang yang terjadi di berbagai daerah di Sumatera menjadi bukti nyata bahwa keseimbangan alam telah terganggu. Sungai-sungai yang dulu jernih kini dangkal dan penuh sedimentasi akibat erosi. 

Daerah aliran sungai (DAS) yang seharusnya dilindungi justru menjadi kawasan eksploitasi ekonomi jangka pendek tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang.

Ironisnya, yang paling merasakan dampak dari kerusakan ini adalah masyarakat kecil. Mereka harus kehilangan rumah, mata pencaharian, bahkan anggota keluarga, sementara para perusak lingkungan sering kali luput dari tanggung jawab hukum dan moral.

Oleh karena itu, bencana yang terjadi seharusnya menjadi momentum refleksi bersama. Pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat harus duduk satu meja untuk menata ulang kebijakan pengelolaan sumber daya alam yang berkeadilan dan berkelanjutan. 

Penegakan hukum terhadap perusakan hutan harus dilakukan secara tegas tanpa pandang bulu, sementara upaya rehabilitasi dan reboisasi harus menjadi agenda prioritas.

Lebih dari itu, kesadaran kolektif masyarakat untuk menjaga alam sebagai amanah dari Allah SWT perlu terus ditumbuhkan. Alam bukan sekadar objek eksploitasi, melainkan titipan yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban.

Jika manusia terus abai, maka bencana serupa akan terus berulang dengan skala yang lebih besar. Namun jika kita mampu belajar dan berbenah, insya Allah alam akan kembali bersahabat, dan Sumatera dapat terhindar dari musibah yang berulang di masa mendatang.

© Copyright 2022 - GAJAH PUTIH NEWS.COM