Gajahputihnews.com-Dalam setiap pesta perkawinan adat Aceh, ada satu prosesi yang tak pernah terlewatkan dan menjadi ciri khas masyarakat Serambi Mekkah, yaitu Jak Intat Linto. Tradisi turun-temurun ini bukan sekadar mengantar pengantin pria ke rumah mempelai perempuan, tetapi juga melambangkan ikatan erat antar keluarga, penghormatan, serta doa untuk kehidupan baru yang akan dijalani.
Prosesi Jak Intat Linto biasanya dilakukan dengan meriah. Rombongan keluarga besar pengantin pria berangkat menuju rumah mempelai wanita dengan membawa berbagai perlengkapan adat, mulai dari boeh gaca (sirih pinang), pakaian, kue-kue tradisional, hingga barang hantaran yang telah disepakati. Iringan musik tradisional Aceh, seperti rapa’i atau geundrang, menambah khidmat suasana.
Sesampainya di rumah mempelai perempuan, rombongan disambut dengan adat khusus. Tak jarang, prosesi ini diwarnai dengan peusijuek (tepung tawar) yang sarat doa, sebagai simbol keberkahan dalam menempuh kehidupan rumah tangga.
Bagi masyarakat Aceh, Jak Intat Linto memiliki makna filosofis yang dalam. Ia menjadi simbol kebersamaan, penghormatan, serta pengakuan sosial bahwa sang pengantin pria kini memasuki fase baru sebagai kepala keluarga. Tak hanya itu, setiap prosesi adat selalu dibingkai dengan nilai-nilai Islam, sehingga pernikahan benar-benar menjadi ibadah.
Di tengah arus modernisasi, Tradisi Jak Intat Linto tetap bertahan dan menjadi bagian penting dalam pesta perkawinan adat Aceh. Generasi muda diharapkan terus menjaga dan melestarikan tradisi ini, agar warisan budaya tidak terkikis oleh zaman.
Jak Intat Linto bukan hanya pesta adat, melainkan pesan moral tentang penghormatan, doa, dan kebersamaan yang abadi.
Penulis : Teuku Saifuddin Alba
Social Header