Breaking News

Mewarisi Jejak Guru: Perjalanan Hidup Tgk. Zainuddin Singa Aswaja dalam Menjaga Syariat Islam di Aceh

Mewarisi Jejak Guru: Perjalanan Hidup Tgk. Zainuddin Singa Aswaja dalam Menjaga Syariat Islam di Aceh

𝙺𝚎𝚙𝚎𝚍𝚞𝚕𝚒𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚑𝚊𝚍𝚊𝚙 𝚙𝚎𝚗𝚎𝚛𝚊𝚙𝚊𝚗  𝚜𝚢𝚊𝚛𝚒𝚊𝚝 𝚜𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚗𝚍𝚊𝚛𝚊𝚑 𝚍𝚊𝚐𝚒𝚗𝚐 𝚜𝚎𝚓𝚊𝚔 𝚋𝚎𝚕𝚒𝚊𝚞 𝚍𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚙𝚎𝚗𝚍𝚒𝚍𝚒𝚔𝚊𝚗 𝚍𝚒𝚍𝚊𝚢𝚊𝚑 𝚁𝚞𝚑𝚞𝚕 𝚏𝚊𝚝𝚊 𝚜𝚎𝚞𝚕𝚒𝚖𝚎𝚞𝚖, 𝚊𝚙𝚊𝚕𝚊𝚐𝚒 𝚜𝚊𝚊𝚝 𝚒𝚗𝚒 𝙰𝚌𝚎𝚑 𝚜𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚍𝚒𝚋𝚎𝚛𝚒𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚔𝚑𝚞𝚜𝚞𝚜𝚊𝚗 𝚊𝚝𝚊𝚜 𝚙𝚎𝚕𝚊𝚔𝚜𝚊𝚗𝚊𝚊𝚗 𝚑𝚞𝚔𝚞𝚖 𝚜𝚢𝚊𝚛𝚒𝚊𝚝 𝚒𝚜𝚕𝚊𝚖 (𝙵𝚘𝚝𝚘: 𝙳𝚘𝚔. 𝚛𝚎𝚍𝚊𝚔𝚜𝚒) 

"Kemampuan kita hanya mendorong semua pemangku jabatan untuk tidak setengah hati dalam  pelaksanaan pemberlakuan syariat islam itu sendiri, apabila hukum ini sudah di sepakati dan sudah dijadikan pedoman kehidupan oleh masyarakat Aceh maka laksanakan secara bersungguh-sungguh agar kita semua tidak berdosa dihadapan Allah SWT kelak.”

Gajahputihnews.com - Tgk. Zainuddin Singa Aswaja, atau yang lebih dikenal dengan nama Tgk. Zainuddin Ubiet, merupakan salah satu figur penting dalam dunia dakwah dan pendidikan agama di Aceh. Sering dipanggil Abu Mukim, beliau adalah seorang Imam Mukim yang dikenal karena ketegasannya dalam mengamalkan ajaran Islam serta dalam memperjuangkan syariat Islam di Aceh. Sosoknya yang disegani oleh aktivis dayah dan dihormati oleh masyarakat Aceh ini, tak hanya dikenal sebagai ulama, tetapi juga sebagai seorang pengajar yang memiliki komitmen tinggi terhadap keilmuan dan perjuangan agama.

Mewarisi Ajaran Guru Besar

Abu Mukim merupakan sosok yang mewarisi prinsip-prinsip keilmuan dan dakwah dari gurunya, Allahyarham Abu H. Syech Abdul Wahab bin Abbas dan Abon Seulimeum. Guru-guru beliau dikenal tegas dalam dakwah dan sangat konsisten dalam memperjuangkan syiar Islam, terutama di Aceh. Dalam menjalani kehidupannya, Tgk. Zainuddin dibimbing oleh orang tua yang memiliki disiplin dan ketegasan dalam mendidik, terutama oleh ayahnya, Tgk. Ubiet, serta ibunya, Fatimah binti Tgk. Syik Musa.

Pendidikan agama beliau dimulai dalam pendidikan dayah sejak usia 14 tahun, ketika beliau melanjutkan dan belajar ilmu agama didayah Ruhul Fata Seulimeum pada tahun 1983. Di sana, beliau menghabiskan waktu 11 tahun untuk memperdalam ilmu agama dan memperkokoh jati dirinya sebagai seorang pembela agama. Sepanjang waktu tersebut, Abu Mukim menyerap ilmu dari berbagai aspek, baik fiqh, akidah, maupun tasawuf, dengan tetap memegang teguh prinsip-prinsip yang diajarkan oleh gurunya.

Perjalanan Dakwah dan Keluarga

Pada tahun 1995, setelah menyelesaikan pendidikan di dayah, Abu Mukim memutuskan untuk berhijrah ke Malaysia selama kurang lebih tiga tahun. Kembali ke Aceh, beliau melanjutkan perjuangannya di dunia pendidikan dengan menjadi guru pengajar di Ruhul Fata Putri. Selama berkarier sebagai pengajar, beliau tidak hanya berfokus pada pengajaran, tetapi juga membangun keluarga. Pada tahun 2001, Tgk. Zainuddin menikah dengan salah seorang muridnya dan dikaruniai lima orang anak. Namun, pada saat itu, beliau harus merasakan kehilangan dan duka yang sangat dalam, karena anak pertama beliau yang juga sedang menuntut ilmu di sebuah pesantren ternama di Aceh dipanggil berpulang ke rahmatullah.

Aktivisme dan Pengabdian kepada Masyarakat

Selain aktif dalam pendidikan agama, Tgk. Zainuddin juga berperan aktif dalam berbagai kegiatan sosial yang di inisiasi oleh organisasi kemasyarakatan. Beliau menjabat sebagai Dewan Pembina di Laskar Aswaja Aceh, Ketua Ormas Islam Aceh, keorganisasian islam lainnya serta Ketua Forum Mukim yang mewakili 17 mukim di Kota Banda Aceh. Dengan peran tersebut, beliau memiliki pengaruh besar dalam menyuarakan pentingnya penegakan dan penerapan syariat Islam di Aceh secara kaffah.

Sebagai seorang Imam Mukim, Tgk. Zainuddin juga dikenal tegas dalam menegakkan amar ma'ruf nahi mungkarnya dalam mazhab Syafi'i ahlussunnah waljamaah dalam bingkai syariat Islam. Beliau tidak pernah mundur dalam menyampaikan kebenaran, bahkan jika hal tersebut harus berhadapan dengan tantangan dan risiko. Salah satu moto hidup yang beliau warisi dari gurunya adalah "Qulilhaq Walaukana murran" yang berarti "Katakanlah yang benar walaupun itu pahit." Moto ini menjadi pegangan dalam setiap langkah perjuangannya.

Penerapan Syariat Islam di Aceh

Tgk. Zainuddin sangat memperhatikan dan prihatin atas  pelaksanaan syariat Islam di Aceh. Menurut nya aturan hukum, qanun dan ketegasan - ketegasan dalam penerapan syariat islam masih seperti seremonial dan musiman. Kita semua berharap syariat Islam itu bukan lagi tahapan sosialisasi di umur 21 tahun pemberlakuannya, tetapi kita masih begini-begini terus, sampai kapan kita selalu dalam sosialisasi sedangkan disekeliling kita terus dipertontonkan pelanggaran syariat itu sendiri. 

Saya mengajak serta menghimbau kepada pemerintah dan instansi terkait, para alim ulama serta para guru-guru: Abu, waled, tgk-tgk yang lain, para ustadz- ustadzah dan pencinta Aswaja untuk saatnya bertindak tegas dalam penerapan serta penegakkan hukum syariat islam secara kaffah di nanggroe yg mulai ini. 

Harapan kami dan kita semua diumur yang telah berjalan 21 tahun penerapan syariat islam di Aceh, kita harus mampu bersikap serta menangkal arus informasi dan digitalisasi moderesasi saat ini yang tidak mampu kita sensor, dan arus digitalisasi tersebut banyak disalah gunakan oleh masyarakat kita terutama para muda-mudi. Harusnya pemerintah Aceh harus memahaminya dengan serius untuk bersikap tegas dan Aceh harus terus berjalan dengan hukum dan syariat Islamnya sampai saat nya Aceh menjadi negeri "Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghofur" (بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُوْرٌ). 

Selanjutnya Tgk. Zainuddin berpendapat bahwa saat ini bukan lagi saatnya untuk sosialisasi syariat, melainkan saatnya bagi pelanggar syariat Islam untuk menerima sanksi yang tegas. Beliau mengajak para dinas terkait dan pimpinan pemerintahan untuk lebih serius dalam menegakkan hukum syariat Islam di Aceh secara menyeluruh dan konsisten.

Ketegasan dan konsistensi dalam memperjuangkan syariat Islam yang selama ini dibangun oleh organisasi - organisasi islam seyogianya seiring selangkah sebahu dengan semangat kebersamaan dengan pemerintah dan kolaborasinya dalam menuntaskan persoalan ini. Perjuangan yang tidak kenal lelah yang dilakukan Tgk. Zainuddin Ubiet bersama kawan- kawan ormas islam lainnya sehingga beliau digelar singa Aswaja. 

Sebagai salah satu pilar penting dalam mempertahankan dan memperjuangkan keutuhan syariat Islam di Aceh. Beliau telah menunjukkan eksistensi bahwa ilmu, keimanan, dan keberanian dalam menyampaikan kebenaran adalah kunci utama dalam perjuangan menegakkan agama Islam di zaman yang penuh tantangan ini. []

Sumber: Tgk. Zainuddin Ubiet

© Copyright 2022 - GAJAH PUTIH NEWS.COM