Gubernur Aceh Ajak Syarikat Islam Perkuat Peran Moral dan Intelektual Umat
Mengusung tema “Menggali dan Ragam Persepsi: Sang Pejuang Sejati, Muhammad Daoed Beureu’eh”, forum ini menghadirkan sejumlah tokoh nasional dan akademisi terkemuka, antara lain Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra dan Prof. Dr. Tgk. Hasanuddin Yusuf Adan. Acara ini menjadi ruang reflektif sekaligus strategis untuk meneladani perjuangan dan pemikiran ulama pejuang asal Aceh yang turut menginspirasi arah perjuangan umat Islam dalam lintasan sejarah bangsa.
Dalam sambutannya, Gubernur Muzakir Manaf menegaskan bahwa Syarikat Islam adalah salah satu organisasi yang memiliki rekam jejak panjang dalam sejarah perjuangan kemerdekaan, penguatan dakwah, serta transformasi sosial-ekonomi umat Islam di Indonesia. Sejak didirikan pada tahun 1905, organisasi ini telah berkembang menjadi pilar penting dalam mengusung nilai-nilai nasionalisme Islam yang moderat dan progresif.
“Di Aceh, jejak historis Syarikat Islam bahkan telah tertanam sejak tahun 1917, sebelum masuknya organisasi-organisasi keislaman lain seperti Muhammadiyah. Para tokoh lokal seperti Tgk. Abdul Hamid Samalanga, atau lebih dikenal sebagai Ayah Hamid, memainkan peran vital dalam mendorong pembaruan pendidikan Islam, kendati harus menghadapi tekanan dari kolonial Belanda hingga memaksanya berhijrah ke Mekkah,” ungkap M. Nasir saat membacakan sambutan Gubernur.
Ayah Hamid, lanjutnya, turut memberikan kontribusi besar melalui pemikiran dan korespondensinya dengan para tokoh Aceh lainnya, seperti Tgk. Muhammad Daud Beureueh dan Tgk. Abdullah Ujong Rimba. Dialog pemikiran ini mendorong lahirnya madrasah-madrasah Islam sebagai bentuk ikhtiar membangun kemandirian intelektual umat di tengah keterbatasan zaman.
Gubernur juga menekankan pentingnya nilai-nilai moral dan intelektual yang diwariskan Syarikat Islam dalam menjawab tantangan kontemporer, baik di bidang sosial, ekonomi, maupun ideologis.
“Nilai-nilai ini sangat relevan dengan situasi hari ini. Di tengah dinamika global dan arus modernisasi yang tak terbendung, kita memerlukan panduan moral yang kuat dan keberanian intelektual untuk menjaga arah perjuangan umat,” ujar M. Nasir.
Melalui forum ini, Pemerintah Aceh berharap tercipta sinergi yang produktif antara organisasi kemasyarakatan Islam dan pemerintah daerah. Kolaborasi ini dinilai penting untuk memperkuat pilar kesejahteraan masyarakat, penguatan syariat Islam yang rahmatan lil ‘alamin, serta menjaga marwah Aceh sebagai wilayah yang sarat dengan sejarah keislaman dan perlawanan.
“Aceh tak cukup hanya kuat pada simbol-simbol agama atau sejarah. Kita harus memperjuangkan keadilan sosial, memperlihatkan keberpihakan pada rakyat kecil, serta memiliki keberanian moral untuk menjaga nilai-nilai luhur yang diwariskan para ulama dan pejuang,” tegasnya.
Lokakarya SILF ini menjadi momentum penting untuk memperkuat basis ideologis dan strategis gerakan Islam di Aceh, sekaligus mengukuhkan posisi Syarikat Islam sebagai garda terdepan dalam membangun peradaban Islam yang inklusif, visioner, dan membumi.
Social Header