Aceh Utara,gajahputihnews.com– Di balik kehidupan sunyi seorang ibu tunggal, tersimpan semangat juang yang luar biasa. Dialah Nurbaiti binti Abdullah, perempuan kelahiran Lhoksukon, yang kini dikenal sebagai salah satu pekerja sosial paling tangguh dan inspiratif di Kabupaten Aceh Utara.
Meski harus membesarkan anak-anaknya seorang diri, Nurbaiti tidak pernah goyah dalam menjalankan tanggung jawab hidup. Ia menjadikan amanah sebagai ibu dan pegiat sosial sebagai ladang pengabdian yang dijalani dengan penuh keteguhan dan keikhlasan.
“Menjadi ibu tunggal bukan alasan untuk berhenti berbuat baik dan bermanfaat bagi orang lain,” ungkapnya suatu waktu dalam sebuah kegiatan sosial di Kecamatan Samudera.
Srikandi Sosial yang Gesit dan Tanpa Pamrih
Perjalanan pengabdian sosial Nurbaiti dimulai sejak muda. Jiwa sosialnya tumbuh kuat karena latar belakang keluarga yang sederhana dan dekat dengan kehidupan masyarakat kecil. Kini, ia dikenal sebagai sosok gesit, tanggap, dan tanpa pamrih dalam setiap program sosial kemasyarakatan yang digerakkannya.
Sebagai Sekretaris Ikatan Pekerja Sosial Masyarakat (IPSM) Kecamatan Samudera, Nurbaiti memegang peran penting dalam merancang, mengkoordinasi, dan menggerakkan berbagai aksi sosial. Mulai dari pendampingan warga miskin, advokasi bantuan rumah layak huni, pelayanan kesehatan, hingga distribusi bantuan darurat bagi masyarakat terdampak bencana semua ia lakoni dengan totalitas.
Rekan-rekannya di IPSM menyebutnya sebagai motor penggerak lapangan. “Bu Nurbaiti selalu menjadi orang pertama yang datang dan terakhir yang pulang setiap ada kegiatan. Semangatnya menular ke kami semua,” kata salah satu rekan kerjanya.
Dihargai Lewat Sertifikat dan Apresiasi, Namun Tetap Rendah Hati
Ketekunan dan ketulusan Nurbaiti dalam dunia sosial bukan hanya dirasakan oleh masyarakat, tapi juga diakui oleh berbagai lembaga. Selama kiprahnya sebagai pegiat sosial, ia telah menerima sejumlah sertifikat pelatihan, penghargaan, dan surat tugas dari berbagai dinas dan organisasi sosial di Aceh Utara. Sertifikat-sertifikat itu menjadi bukti nyata bahwa kontribusinya bukan sekadar omong kosong.
Namun demikian, Nurbaiti tetap bersahaja. Ia tidak pernah membanggakan apa yang telah diraihnya. Baginya, penghargaan terbaik adalah melihat masyarakat tersenyum dan mendapatkan hak-hak dasarnya.
Menanam Kebaikan Tanpa Mengharap Balasan
Dalam setiap langkah hidupnya, Nurbaiti selalu meyakini bahwa kebaikan akan kembali pada pelakunya, meski tidak serta-merta. Prinsip hidupnya sederhana: “Kalau tidak bisa membantu dengan harta, maka bantu dengan tenaga dan doa.”
Kini, selain menjadi tulang punggung keluarga, Nurbaiti juga menjadi teladan bagi para perempuan di sekitarnya — bahwa perempuan, walau sendiri, mampu berdiri tegak, berdaya, dan berkontribusi untuk kemajuan masyarakat
.Harapan untuk Masa Depan
Meski telah mengabdikan sebagian besar waktunya untuk masyarakat, Nurbaiti tidak lantas berpuas diri. Ia terus belajar, mengikuti pelatihan, dan memperluas jaringan kerja agar program-program sosial yang dijalankan semakin berdampak luas.
Ke depan, ia berharap bisa membentuk komunitas khusus perempuan pegiat sosial di Samudera untuk saling menguatkan dan mendorong keterlibatan aktif perempuan dalam pembangunan desa.
“Kita tidak boleh lelah berbuat baik. Dunia ini butuh lebih banyak tangan yang mau menolong tanpa pamrih. Saya akan terus berjuang selagi bisa dan dibutuhkan,” tutupnya.
Nurbaiti binti Abdullah adalah bukti nyata bahwa kerja sosial bukan hanya milik mereka yang punya jabatan tinggi atau kekuatan dana besar, tapi bisa dijalani siapa saja yang memiliki hati tulus dan semangat yang tak pernah padam. Sosoknya menjadi pelita dalam kegelapan, penyejuk dalam kelelahan, dan pengingat bahwa kehidupan akan selalu indah bila dijalani dengan niat untuk berbagi.(TSA)
Editor/Admin : @mpon_Bl@ng
Social Header